Tuesday, September 25, 2007

4 P (Product, Place, Price & Promotion)

PRODUCT
Produk apapun yang akan dimunculkan sudah dipastikan telah melalui proses yang panjang dan merupakan IDE yang briliant dari setiap pemilik produk. Produk apapun itu sudah pasti memenuhi kriteria barang yang dapat digunakan dan memiliki daya jual. Apalagi dagangan kita disini adalah barang sandang yang merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pasti bisa di jual terlepas dari style yang dipilih. Pakaian dalam aja masih bisa laku, kenapa baju or celana tidak!

Produk = ada bentuknya + ada genunaannya.


PLACE
Ada produk, yang pasti harus bisa di jual. Menjual, perlu tempat juga. Penentuan tempat penjualan ditentukan oleh si empunya produk, dimanakah tempat akhir menjual produk tsb? Tempat juga akan ditentukan oleh siapa calon pembeli yang ingin raih. Dari kalangan ekonomi mana? Pendidikan seperti apa? Budaya-nya? dan faktor lainnya.

Jadi perlu ditinjau lagi seperti apa lokasi distro-distro yang mau menerima produk anda?
Apakah lokasinya di tempat yang pas dengan kelas produk anda atau tidak?
Apakah lokasinya bisa menghasilkan angka penjualan yang tinggi?
Apakah lokasinya mudah dijangkau calon konsumen?
Apakah traffic-nya tinggi?

Kalau anda menjual barang langka, gk perlu cari lokasi yang komersil. Karena dengan kelangkaannya saja sudah pasti akan diburu konsumen, walaupun keujung dunia. Gk perlu buang duit sewa tempat mahal.

Kalau anda menjual barang yang komersil, tentunya tempat komersil pun sangat diperlukan untuk berjualan. Kalo tidak, anda akan kalah dengan barang lainnya yang sama. Kalo anda jual barang Mahal, tentunya tampilan MAHAL pada tempat berjualan juga perlu diciptakan.


PRICE
Bicara masalah idealisme or komersil itu kembali pada pemilik masing-masing produk. Yang perlu diperhatikan adalah ending mind kita adalah sales and make money. Yang idealis merasa cukup dengan penjualan yang stabil saja, yang komersil terus ingin menaikkan omset dan meningkatkan laba. Keduanya sama saja dan telah terbukti banyak contohnya. Idealis adalah pakem yang dianut banyak seniman, yang menginginkan sebuah kesempurnaan pada kacamata pribadi, dan ini tidak salah, karena masih menghasilkan rupiah untuk terus berkarya. Komersil atau kapitalis, lebih dekat dengan prinsip ekonomi, beli murah dan jual mahal, ini juga benar, karena untuk tumbuh membutuhkan capital yang cukup besar. Komersil yang satunya lagi, beli murah, jual murah, untung tipis, jumlah besar, ini juga benar, karena pundi-pundi kas juga akan besar sebagai akibat dari jumlah yang besar itu!

Yang idealis juga bisa jauh lebih sukses dari yang komersil! Pasarnya NICHE, tapi cashflownya NAJIS! Contohnya seniman sekelas I Nyoman Nuarte atau Davinci meuble atau Busana pengantin yang harganya sampai ratusan juta per potong, padahal cuma di pake sekali doang!

Yang pasti HARGA itu harus muncul, berapapun nilainya, berdasarkan perhitunga HPP+BIAYA LAIN_LAIN+UNTUNG+PERTIMBANGAN LAIN_LAIN+TARGET PASAR=HARGA JUAL


PROMOTION
Bentuk promo yang akan dipilih sangat erat kaitannya denga siapa calon pembeli yang anda inginkan? Kalo anda ingin produk anda dibeli oleh eksekutif muda, maka anda tepat ber promo di Means Health, Bazzar, Cosmopolitan, dll. Kalo ingin ke pasar Middle-Low, masuklah ke media setaranya, sinetron misalnya, reality show dll.

Promosi jg bisa di lakukan online, biayanya murah, waktnya lebih singkat, dampaknya bisajauh lebih baik, asal anda rajin karena dunia online membutuhkan keseringan, bukan besar atau kecilnya bentuk promo. Promosi perlu dilakukan untuk produk Asli baru, atau baru diluncurkan lagi, ngabisin stok, jualan memanfaatkan momen tertentu. Promosi bisa jg dilakukan dengan berter. Promosi Mulut Lewat Mulut dan yang lainnya.

Promosi diperhitungkan dari seberapa besar dampak yang anda harapkan. Kalo promosi jor-joran pun di media, tapi ketika calon konsumen tidak menemukan produk anda di pasar sama aja anda membuang uang dan akan menghancurkan nilai brand anda. Misalnya...anda promo di majalah atau catalog Nasional atau TV, ketika calon konsumen datang ke toko dan menanyakan barang anda yang tidak ada, maka dia gk akan balik lagi menanyakan produk anda dan beralih ke produk lain.

Nah... melihat kondisi indie vs parahyangan, sebenarnya yang berbeda hanya pada pikiran kawan-kawan sebagai owner indie. Sedangkan di medan perdagangan posisi produk anda itu sama. sama persis. sama-sama di endorse artis, sama-sama masuk ke TV, sama-sama masuk MTV pula, sama-sama konsep design (artinya sesuai trend), sama-sama calon konsumennya yang telah tercipta seperti itu. Cuma...di parahyangan berani banting harga, sementara indie gk mau. dengan alasan kualitas, aksklusifitas, orisinalitas dll. Heiiii kawan...konsumen anda gk melihat itu. Jadi melihatlah dengan kaca mata konsumen. Seperti waktu pak cipta survey tentang harga Mad Evil dengan menyebutkan market yang ingin dituju. Pak cipta melihat dengan "mata" anak SMP kalangan Middle-Low, uang jajan masih dari orang tua, tapi mampu beli barangnya. Ini dia yang jelas jalurnya!

Strategi harga miring sebenarnya belum tentu melulu image-nya rendah. Ini cuma masalah waktu sampai produk tersebut diserap oleh pasar, menjadi idola, maka image akan terbentuk sendiri. Asal kualitas baik bisa dibuktikan. Untuk hal ini anda belajar dari banyak produk teknologi china, seperti Fujitsu, ACS, Lenovo. Tadinya mereka bukan apa-apa, tapi setelah produknya diserap oleh pasar dengan strategi harga banting dan konsumen merasakan pengalaman positif maka brand china itu merangkak naik penjualannya dan menguntungkan, bahkan Lenovo sampai membeli IBM. Bayangkan!?!?!?!?!

No comments: